Thursday, May 28, 2015

VIDEO WEDDING NAWAN & MAWAR


Cinta Sejati

Cerpen Karangan: Octaviana Indah Fitriani
Aku melangkah dengan tubuh sempoyongan. Kepala ku sama sekali tak berani untuk mendongak. Mataku hanya menatap permukaan jalan dengan menyusuri setiap langkahan kaki ku. Benar-benar hari ini hari yang nggak sama sekali tak aku inginkan. Aku pertama kali memasuki bangku SMA mungkin terlihat menyenangkan. Aku pun senang masuk di sekolah SMA. Tapi kenapa harus memakai acara Mos. Acara Mos sangat tak menarik hati. Kebayang nggak sih, harus pakai kalung bawang, rambut diikat dua berpita pink. Lagi pula, aku juga nggak tergolong cewek centil dan menyukai warna pink. Aku mungkin nggak mau sama sekali terlihat Feminim.
Teeettt
Bel sekolah berbunyi dengan sangat kerasnya hingga telinga ku dapat mengerti dan memahami apa artinya.
Segera ku berlari ku ayunkan kedua kaki ku secara bergiliran dengan cepat.
Huh… Akhirnya sampai juga di kelas.
Setelah mungkin 10 menit kemudian Osis yang siap melakukan Mos datang di kelasku. Tak ada sama sekali yang menarik bagi ku. Ya, mungkin mereka tampan. Tiga orang laki-laki dan satu perempuan. Vino, Dion, Alvin dan Tasya.
“Kamu!” Hati ku tersentak dan jantungku berdegup lebih kencang lagi saat ketua osis menunjuk ku dengan pandangan suram.
“I. I… iya” jawabku.
“Jangan Melamun! Enak aja ya kamu nglamun saat pelajaran saya!”
Aku hanya mengangguk pelan tanpa suara. Hati ku terenyuh lembut.

Kulemparkan tas ku ke dalam kamarku begitu saja. Mama pun hanya menatap ku penuh pertanyaan. Bukan aku namanya, jika bibirku tak ku tekuk menjadi lipatan manyun.
“Gimana tadi? Menyenangkan”
Apa? Menyenangkan, itu sama sekali tak tersentuh hati ku. Apakah benar yang disebut menyenangkan itu saat dimana orang-orang menerima penindasan yang sangat kejam. Nggak mungkinlah! Aku yakin seratus persen kalau memang mimik wajah Mama mengetahui keadaanku sekarang, lalu mengapa mama harus melontarkan kata-kata yang Norak buat aku denger.
“Hmm, gitu deh ma.. Mama kaya nggak pernah muda aja deh” ujarku mendekati Mama yang sedang memasak.
Aku rasa, adegan norak yang tadi aku alami sudah waktunya aku pendam dan mulai melupakannya. Karena saat ini aku dan cacing-cacing di perutku mulai kampanye. Rasa Laparku terpancing saat ku lihat olahan Ayam terpampang jelas di dalam panci. Tangan kananku meraih pelan sendok yang ada di lemari piring.
“Sekalian ambil mangkok untuk sayur sop Nya, dan 3 piring ditata rapi di atas meja ya”.
Segera kuambil Mangkok dan 3 piring ku tata rapi di atas Meja.
Aku mendekati lemari Es di depanku. Kubuka Handle pintunya, dan tanganku meraih Orange Juice kesukaanku. Setelah kembali menutup handle pintu lemari es, kuambil sedotan di rak sendok dan mulai memasukannya di dalam Orange juice ku.
“Ma, tadi Jessica dibentak sama ketua osis yang jelek dan sama sekali nggak bermutu!”
Mama hanya memandangku Heran, dan dia mematikan kompor dan membawa panci kecil berisi ayam yang sudah kunantikan sejak tadi. Ia tuangkan perlahan masakan itu di dalam piring serta dihiasi dengan 2 potongan Tomat dan wortel. Aku masih belum menyentuh makanan itu, karena aku masih menunggu jawaban dari Mama yang sedari tadi memandangku heran.
“Oh ya? Kamu punya salah kali?”
Ujar Mama memandangku lekat-lekat.
“Andai aja Ma, Jessica ikut kak Prety ke Singapore, Sekolah disana nggak nyediain orang kayak ketua osis itu”

Huh,
Sesekali ku usap keningku yang sudah terpenuhi dengan keringat akibat sengatan Matahari.
Apakah mama lupa dengan jam pulangku? Ini sudah melewati 1 jam setelah jam pulangku.
Mataku masih gelisah dan berulang kali menatap jam tanganku. Aku tak kuat lagi berada tepat di bawah teriknya siang ini. Badanku mulai melemas, kantung mata ku perlahan menutup..
Kulihat sekelilingku perlahan. Aku terbangun dari sebuah pingsan yang terjadi tadi siang. Saat aku menunggu sebuah kehadiran mama. Tapi, kapan aku pulang ke rumah? setau ku jika tadi aku mengalami sebuah peristiwa pingsan, pasti aku sudah tergeletak lemas di pinggir jalan tadi. Apa mama sudah menjemputku saat aku pingsan?.
Ah sudahlah, aku binggung siapakah yang membawaku pulang ke rumah.
Yang terpenting saat ini, aku sudah selamat sampai di rumah.
Kubuka Gorden Jendela perlahan.
Mataku terbelalak saat melihat sebuah motor vixion terparkir tepat di depan rumahku. Aku berpikir sejenak, apakah orang yang mengendarai motor itu yang telah mengantarkan ku pulang? Sepertinya aku pernah melihat motor itu tapi yang jelas aku tak tau siapa pemilik motor itu. Aku kembali menghempaskan tubuhku di kasur. Aku masih binggung dan sangat binggung, apa yang sebenarnya sudah terjadi padaku? Siapa yang mengantarkan ku pulang?.
“Saya permisi dulu tante”
Terdengar jelas di telingaku suara itu. Sepertinya laki-laki itulah yang sudi mengantarkan ku pulang. Bagaimana dia tau alamat rumah?

“Sekarang kalian berlari keliling lapangan basket 10 kali dengan membawa pakaian unik yang terbuat dari kardus yang kemarin sudah saya suruh” ujar lantang Vino si ketua Osis yang sangat Norak itu.
Eh tunggu, apa dia bilang tadi? Pakaian kardus? Haduh, aku lupa membawanya, aku ingat betul terakhir kali aku meletakkan tugas itu di meja kamar ku.
ku tundukan kepala dan mulai mendekati Vino. Setiap langkahku, diiringi dengan kecemasaan akan kebahagiaanku saat ini yang terlihat mulai pudar.
“Kak, ma ma maaf jessica lupa bawa pakaian kardus, tapi, tapi Jessica udah buat kak” ujarku penuh kekhawatiran.
Aku masih saja tak mendongakkan kepalaku sedikit pun. Vino hanya menatapku tajam.. Dan ia pun menyuruhku untuk menatap wajahnya, perlahan ku dongakan kepala ku, aku tersenyum penuh kekesalan yang melanda hati ku saat ini.
Tak sadar, sedari tadi kutatap wajah Vino. Dia manis juga kalau nggak marah-marah. Setelah kusadar dari lamunanku, kulihat sepasang mata nya. Masih menatap wajah ku.
“Kak”
“Oh eh iya, tadi kamu bilang, kamu lupa bawa apa?”
“Ak ak aku lupa…” Tak sempat kulanjutkan perkataanku, dia sudah menyambar ucapanku.
“Lain kali jangan sampai tertinggal di Meja kamar”
Loh? Bangaimana dia tau? Apa dia itu seorang peramal? atau dukun? Ah tidak mungkin.
“Vin! Cepet diurus tu yang lain, jangan ngurusin dia doang dong!” Suara yang terdengar nyaring di telinga terucap dari mulut Tasya yang sepertinya sangat tak menyukai aku.

“Ma kemarin siapa yang mengantarkan aku pulang?”
“Vino”
Deg…
Deg…
Deg…
Apa maksud dari semuanya, awal jumpa dia memarahi ku, dan tiba-tiba sifatnya berbeda 180 derajat. Sepertinya tubuhnya kini telah masuk ke dalam hologram tubuh orang lain.
Aku tak menyangka, kisah cintaku berawal dari kebencian yang mendalam. Sekarang, kuserahkan seluruh cinta ku untuknya. Untuk laki-laki yang dulu pernah ku benci. Yang kini telah dapat mencapai cita-citanya. Sudah 7 tahun lamanya aku menjalin cinta dengannya. Dan bulan depan, aku mulai akan membangun sebuah keluarga.
“Iya Vino, iya aku bakalan makan deh iya… Udah ah cepet lanjutin kerjanya!”
Klikk
Setelah selesai menelpon Vino kembali Aku berjalan menyusuri anak tangga yang. mengantarkan ku pada ruang bawah..
Brakkk Brukkk
Tubuhku terjatuh dari tangga. Kaki ku berdarah dan tangan ku luka memar.
Pandanganku mulai gelap, semakin gelap.
Kubuka perlahan kelopak mataku, setelah ku tengok kanan kiri dikelilingi oleh peralatan medis yang sering digunakan oleh para Dokter.
Kutatap wajah Mama ku yang sedang tertidur pulas di sampingku.
Dia sedikit terbangun akibat gerakan tanganku yang terganggu dengan infus.
Dddrrrttt…
Handphone ku bergetar, segera kuambil hape ku di atas meja tepat di sampingku.
{ Jessica! km knp syg?! gmn? udah ada pendonor darah GaaK? }
Ya Tuhan segitu khawatirkah kekasihku? Aku tersenyum melihat pesan dari Vino.

“Hmm maafkan saya, ini hasil dari ronsen kemarin. Anda terkena penyakit Hiv” jelas Dokter padaku saat aku memeriksakan tubuhku setelah terjadinya kecelakaan saat aku jatuh dari tangga dan memerlukan donor darah dari seseorang. Hatiku seakan ingin retak kembali saat mendengar kata “HIV”. Kapan kah penyakit ini menyerang tubuhku? itu artinya, aku tak dapat melanjutkan rancangan acara pernikahanku. Hidupku hanya seumur jagung. Aku tak ingin melihat Vino menyesal telah menikah denganku.

“Vin, aku ingin mengakhiri semuanya” ujarku pelan.
“Tidak! sekarang ikutlah bersamaku, kita obati penyakitmu, aku tak peduli berapa lembar yang akan ku keluarkan, aku rela jatuh Miskin asal Kau tetap hidup dan menjadi istriku”
Aku menangis di pelukannya, kupegang erat-erat tangannya. Dia memapah tubuhku dan membawaku di mobilnya. Segera ku hapus peluh air mataku. tangan kanan nya memegang stir mobil sedangkan tangan kirinya sibuk memegang erat tanganku.
“Bersabarlah sayang aku nggak bakalan ninggalin kamu, Jessica harus janji sama aku bahwa jessica nggak bakalan ninggalin aku!”.

Sudah cukup ini penderitaan yang sangat menyakitkan. Sudah 4 kali aku menjalani kemoterapi dan 3 kali melakukan operasi, tapi apa? Aku tetaplah seorang wanita yang mengidap penyakit menjijikan.
Hidupku sekarang. tergantung dengan peralatan medis yang menempel di tubuhku. Aku sudah tak kuat menahan rasa sakit yang aku derita selama seminggu. Namun Vino tetap menghalangi ku untuk pergi.
“Jessica harus kuat” ujarnya.
Ku gelengkan kepala perlahan, tak terasa air mataku telah mengalir membasahi pipi ku.
“Kenapa! Jessica harus kuat, kita bertahan! harus bertahan”
Seorang Suster dan Dokter datang memasuki ruangan ini.
“Mas, sudahlah mas ikhlaskan saja dia pergi. Mbak Jessica sebenarnya merasakan kesakitan yang luar biasa. Karena hidupnya kini diambang peralatan medis” ucap suster yang sering merawatku saat di rumah sakit.
“Aa a a aku ingin pergiii”
“Maafkan aku Jessica, aku telah membuatmu kesakitan”
“Ng ng nggak perlu minta maaf, kau adalah pacarku yang paling baik”
Kulihat wajah Vino telah dipenuhi dengan air matanya sendiri. Aku semakin tak tega menatap wajahnya.
Nafasku mulai tersengal-sengal saat suster mulai mencabut peralatan medis yang menempel di tubuhku. Sakit, sakit sekali. Pandanganku Gelap, sangat mencekam.. Dan akhirnya aku mulai pergi.. Aku bangun dari jiwa ku. Aku pergi hanya membawa Cinta yang masih aku genggam di hati. Akan ku buktikan kepada bulan, bahwa aku bangga mempunyai kekasih seperti Vino. Dan berulang kali kukatakan kepada Tuhan…
Terima kasih Tuhan..
Kau telah mempertemukan Cinta.
Dua insan yang saling mencintai.
Dua insan yang saling menyayangi.
Terima Kasih Tuhan..
Telah berikan aku kebahagiaan.
Mengirimkan dia sebagai hatiku.
Hanya Maut yang memisahkan.
Memisahkan satu Garis…
Dibelah menjadi dua
Aku disini dan dia disana…
Namun cinta kita akan selalu menyatu.
Cerpen Karangan: Octaviana Indah Fitriani

Blog: http://octaviana10.mywapblog.com
Ini merupakan cerita pendek karangan Octaviana Indah Fitriani, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: Octaviana Indah Fitriani untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Cinta Sedih Cerpen Cinta Sejati